Sabtu, 14 Juli 2012

MATERI DASAR CAVING


      A.    Sejarah Penelusuran Gua
Kata speleology diambil dari bahasa yunani yaitu spelaion= gua, dan logos= ilmu. Menurut catatan, John Beaumont, seorang ahli bedah dari Somerset, Inggris, yang juga dikenal sebagai ahli pertambangan dan geologi amatir, sebagai orang yang pertama menuruni sumuran (potholing) pada tahun 1674.
 Dia menuruni sumuran sedalam 20 meter dan menemukan ruangan sepanjang 20 meter, lebar 3 meter dan ketinggian plafon 10 meter, dengan menggunakan penerangan lilin.Menurut catatan Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch).Ia mengikat pada tali di tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini ke Royal Society, lembaga pengetahuan Inggris.Kemudian Johann Weichard Frh. von Valvasor dari Slovenia, mendiskripsikan gua-gua antara tahun 1670-1680.
Tak kurang dari 70 gua, dia membuat peta dan menerbitkannya.Semenjak munculnya publikasi mengenai gua, semakin banyaklah orang memasuki gua.Sekalipun sejak abad 17 orang sudah mulai menjadikan gua sebagai obyek petualangan dan hanya pada kalangan terbatas, baru pada abad 19, muncul resmi ilmu speleologi atas berkat jasa Edouard Alfred Martel . Dia menciptakan metode penuh disiplin dan tertib, mengubah tata cara penelusuran gua sbelumnya dengan menstandarkan perlengkapan dan bekal yang harus dibawa. Sewaktu kecil dia sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan ayahnya seorang ahli paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua di Pyrreneenne di Swiss dan Italia.Pada tahun 1888 dia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan menggunakan peralatan, pada seiap musim panas di dan teman-temannya mengunjungi gua-gua dengan membawa dua gerobak penuh peralatan dan bahan makanan serta alat fotografi.Dia juga membuat pekaian berkantung banyak yang sekarang disebut coverall. Kantung ini diisu dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin besar, korek api, batu api, martil, Tahun 1889 ia berhasil menjejakkan kakinya di kedalaman 233 meter di sumuran Ranabel, Perancis. Tidak berlebihan memang jika dia kini diakui sebagai "bapak speleologi". Kemudian bermunculannya penelusur gua dan ahli speleologi lain yang terkemuka seperti Fournier, Jannel, Biret, Gaupilat dan masih banyak lagi.
Baru ketika Perang Dunia I usai, muncul Robert de Joly dan Norbert Casteretyang kalibernya mampu mengimbangi Martel.De Joly memulai kiprahnya berdasarkan pengalamannya sewaktu berdinas di Angkatan Udara.Ia menciptakan alat-alat yang terbuat dari allumunium alloy, logam campuran yang juga dipergunakan pada badan pesawat. Norbert CastereT, adalah orang yang tercatat pertama kali melakukan cave diving di tahun 1922. Bukunya yang berjudul "My Cave" dan "Ten Years Underground" mengilhami para ahli speleologi sesudahnya.Karena itulah negara Perancis dianggap sebagai kiblat dari ilmu speleologi.Prof. Dr. Alfred Bögli adalah seorang yang terkemuka dalam bidang speleolgy pada abad 20.Dengan bukunya yang mampu menginspirasi semua orang yang mendalami karstologi, hidrologi karst, dan speleologi.
Di Indonesia kegiatan speleologi, tercatat dimulai pada tahun 1982 dengan datangnya berbagai tim speleologi dari Ingris dan Perancis. Saat itu sebuah kelompok ahli hidrogeologi dan sebagian adalah anggota British Cave Researche Association, datang di kawasan karst Gunung Sewu atas undangan dari pemerintah daerah untuk mensurvey sunga-sungai bawah tanah dan gua-gua. Tak kurang dari 250 gua telah disurvey dan dipetakan. Berikutnya juga wilayah-wilayah lain di Indonesia, seperti Kalimantan dan Sulawesi, mulai dikunjungi oleh tim Perancis. Menyusul berdiri Specavina di Indonesia sekitar tahun 1980, yang disitu ada Dr. RKT KO, yang kemudian mendirikan HIKESPI, dan Norman Edwin, seorang pendaki gunung yang legendaris. Tanggal 22 Mei 1983 berdirilah Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia dan beberapa kelompok penelusuran gua di seluruh wilayah Jawa dan Bali, diantaranya adalah:
JSC, Jakarta Speleo Club
DSC, Denpasar Speleogical Club
BSC, Bogor Speleological Club
Scala, Speleo Club Malang
ASC, Yogyakarta.
Di tahun 1992 di Yogyakarta berdiri suatu forum tukar menukar informasi dan pengetahuan dalam bidang caving dan speleologi.Forum itu disebut Arisan Caving Yogyakarta, yang sampai sekarang masih aktif mengadakan pertemuan-pertemuan dan kegiatan bareng. Di Semarang tahun 1996, berdirilah forum yang sama di fasilitasi oleh Unit KSDA Jawa Tengah. Forum ini disebut KSS, Koordinasi Speleologi Semarang.
Beberapa tahun kemudian, di sekitar Surakarta, berdirilah Forum Caving Surakarta
 BProses terjadinya gua dan Ornamen dalam gua
Dua unsure penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan caira.Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar.Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air.Larutan megma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagai daerah yang dulaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejakanya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gau lava, biasanya di daerah gunung berapi.
1.      Proses terbentuknya gua
Proses yang terjadi terhadap bantuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua biasanya mempunyai permukaan yang halus dan licin.Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis bantuan gamping, karst, dengan komposisi dominan.Kalsium karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping.Bantuan ini sangat mudah larut dalam air, bias air hujan atau air tanah.Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan bawah permukaan.Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya kuarsa dan mineral “lempung”. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidakterpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmite, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasi ornament gua yang menarik untuk dilihat.
2.      Ornament dalam gua
Keindahan sebuah gua dapat anda saksikan dari berbagai bentuk dekorasi bentuk dekorasi yang ada di dalamnya.Ada selendang pilar, air terjun beku, mutiara gua, stalagmite atau stalagtit. Sebenarnya, apa pengertian dari istilah-istilah tersebut? Seperti diketahui bahwa gua yang ada di bumi ini tersebut oleh batuan kars (batu bamping) yang terbentuk di dasar laut dalam kawasan yang luas. Ketebalan batu gamping itu bervariasi hingga mencapai ratusan meter. Proses pembentukan memerlukan waktu hingga mencapai ratusan tahun. Demikian pula dengan proses pemunculannya ke permukaan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Gua dipelajari secara serius sejak ditemukannya speleologi oleh Edward Alfred Martel pada abad ke 19.Sampai kini, ilmu tersebut mesih dipakai untuk mempelajari seluk-beluk gua.Speleoligi menyebut dekorasi gua dengan istilah speleothem. Banyak dekorasi gua yang bias anda temui di gua-gua adalah sebagai berikut:
a.      Stalagtit
Adalah formasi kalsit yang menggantung
b.      Stalagmite
Adalah formasi yang menjulang keatas di bawah atap stalaktit
c.       Coloumn
Pilar bias terbentuk bila stalagmite dan stalgatit bersatu membentuk sebuah dekorasi tersendiri.

d.      Flowstone
Adalah kalsit yang terdesposisi (diendapkan) pada lorong gua

e.       Shawl/curtain
Bentuknya mirip selendang atau gordn yang terbentuk dari tetesan air yang mengalir melalui dinding gua.Kadang-kadang selendang itu tembus cahaya dan berwarna-warni akibat mineral yang terkandung seperti mineral besi.

f.        Helectit
Ukuran helectit kecil dan tidak beraturan.Kadang-kadang bercabang dan melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari tetesan air yang mengalir melelui alur kecil sebagai akibat gaya kapiler. Pembentukan dekorasi itu menyalahi gaya gravitasi.

g.      Cave perl
Mutiara gua terbentuk saat kerikil terselembuti oleh kalsit pada lantai sebiah gua.Sayang, dekorasi yang amat indah itu sulit anda temui di sebuah gua.
 C. Etika penelusuran Gua
1.      Take nothing but picture
Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar.
2.      Leave nothing but foot print
Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak.
3.      Kill nothing but time
Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu.

D. Tehnik dalam penelusuran gua
1.      Penelusuran gua horizontal
Pada dasarnya setiap penelusuran gua, harus memulai perjalananya dalam kondisi tubuh fit. Sebaiknya perjalanan penelusuran gua dibatalkan apabila kondisi tubuh kurang fit karena udara dalam gua sangat buruk, penuh kotoran burung, ditambah kelembaban yang sangat tinggi.
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik seorang caver sedikit banyak harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat panik dalam keadaan gelap dan sempit.Dalam penelusuran horizontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang.Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang caver.
2.      Penelusuran gua vertikal
Sampai saat ini, ada beberapa system yang digunakan dalam penelusuran gua vertikal.Yang dianggap terbaik karena efeektifitasnya adalah Single Rope Technique (SRT).SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban ketikamenaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.

E. Alat yang di gunakan dalam penelusuran gua
1.      Personal equipment
1. Sepatu.
* Dipilih yang kuat,
* Tahan terhadap lumpur yang liat,
* Sol yang kasar sehingga tidak licin oleh lumpur maupun dinding dan lantai gua yan
basah.
2. Coverall (overall)
* Pakaian khusus yang dapat menahan tajamnya medan dalam gua, yang dapat segera
kering apabila basah,
* Yang dapat melindungi seluruh tubuh dari tumbuhan gatal sekitar mulut gua,
* Memiliki kantung yang cukup untuk perbekalan dan perlengkapan personal.
3. Hand glove.
* Yang dapat menahan dingin,
* Menyimpan kalor,
* Menahan tajamnya batuan dalam gua.
4. Helm.
* Yang memiliki lapisan kevlar sehingga tidak mudah pecah. Sehingga betul-betul dapat
melindungi kepala dari benturan dan runtuhan.
* Memiliki lilitan terhadap kepala yang nyaman sehingga tidak mengganggun saat
kegiatan berlangsung dan tidak melelahkan kepala dan leher
* Peredaran darah disekitar kepala lancar.
5. Boom.
* Pilih yang tidak mudah macet,
* aliran air kedalam tabung karbit lancar,
* Tahan benturan.
6. Survival bag
Berisi:
* lilin,
* korek api,
* karbit cadangan,
* batery cadangan,
* bola lampu cadangan,
* coklat batangan dan permen.
7. Senter.
* Pilih yang tidak mudah korseleting karena air,
* Jangan dikalungkan pada leher, karena dapat terbelit saat descending atau ascending.
* Bawa cadangan batery dan bola lampu, dihitung tidak termasuk pada cadangan yangada di survival bag.
8.SRT-set.
SRT-set merupakan alat personal yang selama penelusuran hanya dikenakan oleh seorang saja, tidak boleh bertukar.Panjangnya footloop dan cowstail sebenarnya disesuaikan dengan panjang lengan dan panjang kaki tiap pemakainya.
2.      Team Equipment
a.       Tali
Tali yang di gunakan harus benar-benar mempunyai kualitas yang baik dan memerlukan perawatan yang baik pula.
b.      Ladders
Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter teertentu (lebih kecil dari diameter tali yang digunakan untuk vertikal caving).
c.       Webbing
Berbentuk pipih (plate), sangat berguna untuk pemasangan tambatan alam, deviasi maupun bentuk tambatan lainya.
d.      Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan.Biasanya di buat dari bahan terpal yang kuat menerima gesekan.
e.       Carabiner (cincin kait)
Funggsi alat ini sebagai pengait.Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai dengan kegunaan dan fungsinya.Tiap produk carabiner yang ada telah melalui uji kekuatan dari pabriknya untuk tarikan vertikal maupun horizontal.
Berdasarkan pengamanya, carabiner dibagi menjadi: Carabiner Screw Gate, jenis ini mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya. Carabiner Non Screw Gate, jenis ini tidak mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya.
Berdasarkan bentuknya, carabiner dibagi menjadi: Oval carabiner, jenis ini di rancang jika mendapat beban maka kedua sisinya mendapat beban yang sama, sisi utuh maupun sisi pintu mendapat beban yang sama. Delta carabiner, jenis ini di rancang jika mendapat beban maka kedua sisinya mendapat beban yang berbeda, sisi utuh mendapat beben yang lebih besar dari pada sisi pintu.
f.       Paku piton
Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk seperti palu yang di tanamkan pada celah vertikal maupun horizontal.
g.      Bolts
Pada peenelusuran gua vertikal, jika tiddak bisa menemukan natural anchor, maka satu-satunya pilihan adalah pemasangan bolts (bor tebing).
h.      Hanger
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini di gunakan untuk menambatkan tali.
i.        Tacklebag
Tas khusus untuk penelusuran gua, tersebut dari bahan terpal yang tahan gesek.
j.        Pulley
Berbentuk kerekan yang prinsip kerjanya untuk memperingan penarikan beban.Biasanya digunakan untuk rescue.

F.   Kemungkinan kecelakaan dlm penelusuran gua
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi didalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur sendiri.Dalam keaadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehinggah sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lubang tersebut. Etikanya tidak diperkenalkan melakukan lompatan apapun di dalam gua.Tertimpa batu.Merupakan kejadiaan yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat rapunya dinding gua atau akibat ketidak sengajaan si penelusur gua yang menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpanya.Helm menjadi hal wajib dikenalkan untuk melindungi kepala. Jenis kecelakan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berpungsi. Oleh karena itu perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan.Jangan ragu-ragu untuk memotong tali pada bagia yang terkoyak akibat gesekan, misalnya, bahaya banjir merupakan factor penyebab utama kecelakaan lainnya.Demikian pula factor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saatmelakukan ekspolarasi dig au yang basah.Kejadian –kejadiaan di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuahnya tergantung darp persiapan dan pengalaman oleh penelusur gua.



0 komentar:

  © MapalaSTIK TM Makassar

Keep Green